Bandung

Bandung
Bandung

Sabtu, 17 Maret 2012

Membaca dalam hati


BAB I
PENDAHULUAN

Membaca dalam hati ialah cara atau teknik membaca tanpa suara. Jenis membaca ini perlu lebih ditekankan kepada pemahaman isi bacaan. Dalam kurikulum 2004 tertera membaca sekilas, membaca dangkal, membaca intensif, dan membaca ekstensif. Membaca jenis ini dapat digolongkan ke dalam membaca dalam hati. Membaca dalam hati berbeda dengan membaca teknis.
Membaca dalam hati lebih banyak menggunakan kecepatan gerak mata, sedangkan membaca teknis lebih banyak menggunakan gerakan mulut. Mengingat gerakan mata lebih cepat menanggapi apa yang dibaca, maka membaca dalam hati lebih cepat prosesnya daripada membaca teknis. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menggunakan membaca dalam hati dalam kegiatan membaca / wacana apapun. Jangan biarkan membaca menggunakan ujung jari atau mulut yang berkomat – kamit, karena kegiatan ini akan menghambat kecepatan dalam membaca.
Membaca dalam hati dapat diperkenalkan sejak kita berada di kelas II sekolah dasar, tapi secara intensif diberikan pada saat kelas III dengan tujuan membaca dalam hati ialah melatih kemampuan dalam memahami isi wacana /bacaan. Membaca dalam hati cocok untuk keperluan studi dan menambah ilmu pengetahuan / informasi.
Pada saat awal kita dibangku SD dikenalkan dengan membaca dalam hati, pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan ingatan. Makin meningkat kelasnya, pertanyaan pikiran harus mendapat perhatian guru, sebab dengan cara ini akan lebih mendorong siswa untuk giat membaca.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan membaca dalam hati adalah sebagai berikut:
  1. Guru menerangkan kata-kata yang diperkirakan sulit atau baru bagi siswa. Sebagai variasi dan menghindarkan ketergantungan siswa terhadap penjelasan guru dapat ditempuh dengan jalan memberikan daftar kata-kata sulit atau kata-kata baru dan siswa dilatih mempergunakan kamus untuk mencari kata-kata tersebut.
  2. Guru memberi waktu ± 15 menit untuk membaca dalam hati suatu bacaan yang disajikan, sebaiknya bacaan yang berisi masalah baru. Waktu yang disediakan tergantung pada panjang pendeknya bacaan tersebut.
  3. Setelah waktu yang ditentukan habis, siswa disuruh untuk menutup bacaan yang sudah dibaca, untuk menghindarkan siswa membaca kembali bacaan tersebut pada waktu ia menjawab pertanyaan bacaan.
  4. Guru memberikan pertanyaan mengenai bacaan, baik pertanyaan ingatan maupun pertanyaan pikiran. Jawaban dapat disampaikan secara lisan untuk melatih keberanian siswa berbicara. Dapat pula secara tertulis untuk melatih kecermatan siswa dalam menulis.
  5. Dalam praktek sehari-hari setelah langkah-langkah di atas dilakukan, biasanya dilanjutkan dengan membaca teknis atau membaca bahasa. Catatan :
Membaca dalam hati akan cacat apabila :
1. Membaca dengan suara berbisik / bergumam.
2. Bibir bergerak-gerak (komat-kamit)
3. Kepala bergerak ke kiri dan kanan mengikuti baris-baris bacaan, atau
4. Menunjuk dengan jari, pensil, dan lain-lain.
Pada saat membaca dalam hati, kita hanya menggunakan ingatan visual (visual memory) yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan utama membaca dalam hati (silent reading) adalah untuk memperoleh informasi.










BAB II
PEMBAHASAN

Membaca dalam hati dapat dibagi atas :
A.     Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Tujuan dan tuntutan kegiatan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat. Dengan demikian, membaca secara efisien dapat terlaksana. Membaca ekstensif biasanya lebih banyak dilakukan diluar kelas.
Membaca ekstensif ini meliputi :
1.      Membaca survei ( survey reading )
Sebelum kita mulai membaca maka biasanya kita meneliti terlebih dahulu apa-apa yang akan kita telaah. Kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari dan yang akan ditelaah, dengan jalan :
a.       Tentukan pada diri kita apa yang ingin kita cari, caranya dengan melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku yang bersangkutan;
b.      Memeriksa, memilih indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku;
c.       Bilamana kita telah menemukan yang telah kita cari, bacalah teks sekelilingnya juga.
Kecepatan serta ketepatan dalam mensurvei bahan bacaan ini sangat penting. Hal ini turut menentukan seseorang dalam studinya.

2.      Membaca sekilas ( skimming )
Sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi, penenangan. Maka disini Anda harus dapat menemukan inti dari setiap alinea. Kerjakanlah sebagai berikut :
a.       Baca dan periksalah alinea pertama pada tiap bab atau paragraf, karena ini merupakan pendahuluan dari bab itu.
b.      Baca alinea terakhir dari suatu bab karena disini terangkum kesimpulannya.
c.       Bacalah dari alinea yang berada ditengah-tengah kalimat pertama dan terakhir.
d.      Perhatikan kata-kata yang digaris bawahi dan kata-kata yang dicetak dengan cara lain. Kata-kata ini memberikan petunjuk-petunjuk atau tanda-tanda yang khusus.
Ada tiga tujuan utama dalam membaca sekilas, yaitu :
a.       Untuk memperoleh kesan umum
Dengan membaca sekilas kita dapat mempelajari sifat hakikat dan jangkauan buku tersebut, susunan atau organisasinya, dan sikap umum sang penulis serta pendekatannya terhadap bahan atau subjek pembicaraan.
b.      Untuk menemukan hal-hal tertentu
Kerap kali membaca sekilas itu untuk mendapatkan fakta atau hal tertentu.
c.       Untuk menemukan bahan dalam perpustakaan
Kita pun membaca sekilas kartu katalog untuk mendapatkan buku-buku yang sesuai. Apabila kita telah menemui apa yang kita ingin dengan cara membaca sekilas. Ubahlah cara membaca kita. Bacalah bahan itu dengan teliti. Catatlah hal-hal yang penting serta fakta-fakta yang menunjang.

  1. Membaca dangkal ( superficial reading )
Pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan. Membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang.

B.     Membaca Intensif
Yang dimaksud dengan membaca intensif atau intensive reading adalah studi seksama, telaah, teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan didalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira 2-4 halaman tiap hari.
Yang termasuk kedalam kelompok membaca intensif ini adalah :
a.       Membaca telaah isi ( content study reading )
b.      Membaca telaah bahasa ( linguistic study reading )
Tujuan utama membaca intensif adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis, Urutan-urutan retonis atau pola-pola teks, pola-pola simbolisnya. Membaca dalam hati yang lancar sungguh sangat berguna bagi setiap orang yang ingin mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi.


Membaca
                                                   
                        Membaca Nyaring                             Membaca Dalam Hati
                       

                                    Membaca Ekstensif               Membaca Intensif
 


            Survei      Sekilas        Dangkal         Telaah isi        Telaah Bahasa

                       Teliti   Pemahaman   Kritis    Ide-Ide         Bahasa       Sastra

Skema Cara Membaca



BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Membaca dibagi menjadi dua, yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca dalam hati terdiri dari membaca ekstensif dan membaca intensif. Membaca ekstensif mencakup membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Sedangkan, membaca intensif mencakup membaca telaah isi (membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide-ide) dan membaca telaah bahasa (membaca bahasa dan membaca sastra).
 Membaca dalam hati yang lancar sangat berguna bagi setiap orang yang ingin mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Cara membaca yang paling baik adalah membaca dalam hati.

B. Saran
Bila Anda ingin mengetahui isi buku secara cermat gunakanlah cara membaca dalam hati. Membaca buku untuk menyiapkan diri untuk tentamen maka membacanya haruslah benar-benar intensif. Bila buku itu Anda gunakan untuk mencari bahan tertentu untuk membuat skripsi, maka membaca itu hanya secara global. Anda harus menentukan cara mana yang akan Anda pakai untuk membaca buku itu. Maka mulailah dari sekarang untuk membaca dalam hati.









DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa
Rooijakkers, Ad. 1995. Cara Belajar di Perguruan Tinggi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama




Sumber lain :

Hakikat dan Metode Puisi


HAKIKAT DAN METODE PUISI

2.1 Pengertian Puisi
            Puisi atau verse berasal dari bahasa Latin versus yang berasal dari kata kerja verso, versare, yang berarti to turn (menghadap).  Dalam bahasa Inggris verse mengacu pada pengaturan baris demi baris yang disengaja yang membedakannya dari prosa. Tarigan (1984:4) mengatakan bahwa kata puisi berasal dari bahasa Yunani ”poeisis” yang berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris puisi disebut poetry yang berarti puisi, poet berarti penyair, poem berarti syaberikutir, sajak. Arti yang semacam ini lama-kelamaan dipersempit ruang lingkupnya menjadi “hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kata-kata kiasan.” Dapat dikatakan bahwa puisi adalah pengucapan dengan perasaan, sedangkan prosa pengucapan dengan pikiran. Menurut Vicil C. Coulter, kata poet berasal dari kata bahasa Gerik yang berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa Gerik, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir menyerupai dewa-dewa atau orang yang amat suka pada dewa-dewa. Dia adalah orang yang mempunyai penglihatan yang tajam, orang suci, yang sekaligus seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Pendapat-pendapat lain dari para sastrawan dunia tentang puisi adalah sebagai berikut :
(1)   William Wordsworth: puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya; dia memperoleh rasanya dari emosi, atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian.
(2)    Byron: pusi adalah lava imajinasi yang letusannya mencegah timbulnya gempa bumi
(3)   Percy Bysche Shelly: puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling menyenangkan dari pikiran-pikiran yang palin baik dan paling menyenangkan.
(4)   Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
(5)   Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat di mana kata-katanya condong pada makna konotatif.
(6)   Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
(7)   Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
(8)   Lescelles Abercrombie (Sitomurang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang mempergunakan setiap rencana yang matang serta bermanfaat.
Dari pendapat para sastrawan diatas jelas penyair adalah orang yang menciptakan pengalaman  atau pencipta pengalaman. Oleh karena itu puisi merupakan ekspresi dari pengalaman imajinatif manusia.Bahas puisi adalah bersifat konotatif. Konotasi yang dihasilkan bahsa puisi lebih banyak kemungkinan daripada konotasi yang dihasilkan bahasa prosa dan drama. Oleh sebab itu, puisi sulit ditafsirkan maknanya secara tepat tanpa memahami kontesk yang dihadirkan oleh puisi. Puisi diciptakan penyair dalam  suasana perasaan, pemikiran dan citarasa yang khas sehingga bersifat khas pula. Hal ini berarti tanpa pemahaman terhadap suasana yang khas, pemahaman teks beserta konteks, ketepatan penafsiran makna itu sukar didapatkan. Bahasa yang digunakan penyair bersifat bersifat khusus. Penyair mungkin menggunakan bahasa sehari-hari yang diberi makna baru.


2.2 Struktur Puisi
Puisi terdiri atas dua bagian besar yakni struktur fisik dan struktur batin puisi. I.A. Richards menyebut kedua sruktur itu dengan metode puisi dan hakikat puisi. Struktur fisik secara tradisional disebut elemen bahasa, sedangkan struktur batin secara tradisional disebut makna puisi.
a) Struktur Fisik Puisi
            Struktur fisik puisi atau metode puisi dibangun oleh:
  1. Diction (diksi)
Diksi adalah pilihan atau pemilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair dengan secermat mungkin. Penyair mencoba menyeleksi kata-kata baik kata yang bermakna denotatif maupun konotatif sehingga kata-kata yanag dipakainya benar-benar mendukung maksud puisinya.
  1. Imageri (imaji, daya bayang)
Yang dimaksud imageri adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Maka penyair menggunakan segenap kemampuan imajinasinya, kemampuan melihat dan merasakannya dalam membuat puisi.
Imaji disebut juga citraan, atau gambaran angan. Ada beberapa macam citraan, antara lain
  1. citra penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan dengan indra penglihatan
  2. Citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan indra pendengaran
  3. Citra penciuman dan pengecapan, yaitu citraan yang timbul oleh penciuman dan pengecapan
  4. Citra intelektual, yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual/pemikiran.
  5. Citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak bergerak tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak.
  6. Citra lingkungan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran selingkungan
  7. Citra kesedihan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran kesedihan
  1. The concrete word (kata-kata kongkret)
Yang dimaksud the concrete word adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama tetapi secara konotatif mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Slamet Mulyana menyebutnya sebagai kata berjiwa, yaitu kata-kata yang telah dipergunakan oleh penyair, yang artinya tidak sama dengan kamus.
  1. Figurative language (gaya bahasa)
Adalah cara yang dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imaji dengan menggunakan gaya bahasa, perbandingan, kiasan, pelambangan dan sebagainya. Jenis-jenis gaya bahasa antara lain
  1. perbandingan (simile), yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, umpama, laksana, dll.
  2. Metafora, yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tanpa mempergunakan kata-kata pembanding.
  3. Perumpamaan epos (epic simile), yaitu perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingannya dalam kalimat berturut-turut.
  4. Personifikasi, ialah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia di mana benda mati dapat berbuat dan berpikir seperti manusia.
  5. Metonimia, yaitu kiasan pengganti nama.
  6. Sinekdoke, yaitu bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting untuk benda itu sendiri.
  7. Allegori, ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan, merupakan metafora yang dilanjutkan.
  1. Rhythm dan rima (irama dan sajak)
Irama ialah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembutnya ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Irama dibedakan menjadi dua,
  1. metrum, yaitu irama yang tetap, menurut pola tertentu.
  2. Ritme, yaitu irama yang disebabkan pertentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur.
Irama menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tidak terputus dan terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji) yang jelas dan hidup. Irama diwujudkan dalam bentuk tekanan-tekanan pada kata. Tekanan tersebut dibedakan menjadi tiga,
  1. dinamik, yaitu tekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu.
  2. Nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara.
  3. Tempo, yaitu tekanan cepat lambatnya pengucapan kata.
Rima adalah persamaam bunyi dalam puisi. Dalam rima dikenal perulangan bunyi yang cerah, ringan, yang mampu menciptakan suasana kegembiraan serta kesenangan. Bunyi semacam ini disebut euphony. Sebaliknya, ada pula bunyi-bunyi yang berat, menekan, yang membawa suasana kesedihan. Bunyi semacam ini disebut cacophony.
Berdasarkan jenisnya, persajakan dibedakan menjadi
  1. rima sempurna, yaitu persama bunyi pada suku-suku kata terakhir.
  2. Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir.
  3. Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara mutlak (suku kata sebunyi)
  4. Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau dengan vokal sama.
  5. Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan).
  6. Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris yang sama atau baris yang berlainan.
  7. Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah kata.
  8. Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapaat pada huruf-huruf mati/konsonan.
Berdasarkan letaknya, rima dibedakan
  1. rima awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi.
  2. Rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi
  3. Rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap bait puisi.
  4. Rima tegak yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bait-bait puisi yang dilihat secara vertikal
  5. Rima datar yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada baris puisi secara horisontal
  6. Rima sejajar, yaitu persamaan bunyi yang berbentuk sebuah kata yang dipakai berulang-ulang pada larik puisi yang mengandung kesejajaran maksud.
  7. Rima berpeluk, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dan larik keempat, larik kedua dengan lalrik ketiga (ab-ba)
  8. Rima bersilang, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dengan larik ketiga dan larik kedua dengan larik keempat (ab-ab).
  9. Rima rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir semua larik (aaaa)
  10. Rima kembar/berpasangan, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir dua larik puisi (aa-bb)
  11. Rima patah, yaitu persamaan bunyi yang tersusun tidak menentu pada akhir larik-larik puisi (a-b-c-d)
b) Struktur Batin Puisi
            Struktur batin puisi atau hakikat puisi terdiri atas:
  1. Sense (tema, arti)
Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari, menafsirkan).
  1. Feling (rasa)
Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan.
  1. Tone (nada)
Yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif.
  1. Intention (tujuan)
Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut penyair.
Pendapat lain dikemukakan oleh Roman Ingarden dari Polandia. Orang ini mengatakan bahwa sebenarnya karya sastra (termasuk puisi) merupakan struktur yang terdiri dari beberapa lapis norma. Lapis norma tersebut adalah
  1. Lapis bunyi (sound stratum)
  2. Lapis arti (units of meaning)
  3. Lapis obyek yang dikemukakan atau "dunia ciptaan"
  4. Lapis implisit
  5. Lapis metafisika (metaphysical qualities)

Daftar Pustaka
Djoko Pradopo, Rachmat.2005.Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik,dan Penerapannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Situmorang.B.P.1974.Puisi dan Metodologi Pengajarannya.Nusa Indah: Ende Flores NTT.
Waluyo Herman J.1987. Teoria Apresiasi Puisi .Erlangga: Jakarta.



Morfologi, bahasa gaul


Proses Morfologi Ragam Bahasa Gaul
Kasihan deh Lho dan Lola
oleh 
Asih



Latar Belakang
            Bahasa merupakan alat berkomunikasi yang penting untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Bahasa pun mengalami berbagai perkembangan seiring  perkembangan zaman yang  ada. Seperti halnya yang terjadi dalam perkembangan bahasa Indonesia kekinian. Sekarang telah dikenal yang namanya bahasa gaul yang biasa digunakan dikalangan remaja. Baik itu berupa sandi yang biasa digunakan dalam suatu kelompok maupun kata-kata yang  terjadi penghilangan satu fonem misalnya tau, abis, dan liat. Pada umumnya bahasa gaul mengalami perubahan dalam hal  adanya sisipan, awalan, akronim ataupun berupas sandi-sandi. Kata-kata yang digunakan biasanya mengalami arbiterisasi sesuai dengan keinginan pemakainya.
            Remaja pada umumnya menggunakan bahasa gaul karena hal ini sesuai dengan dunianya yang lebih menyukai yang simpel, kreatif dan lincah. Remaja umumnya tidak terlalu memikirkan tentang struktur yang ada. Bahasa gaulpun telah menyebar denagn adanya media elektronik, maupun media cetak dengan diterbitkannya kamus bahasa gaul oleh Debby Sahertian. Bahasa gaul telah mendapatkan ruang tersendiri dalam kehidupan sehari-hari  remaja. Biasanya bahasa gaul digunakan dikalangan remaja di perkotaan.
            Dalam makalah  ini saya tertarik dengan bahasa gaul  yang sekarang terkenaldikalangan remaja pada umumnya yaitu kasihan deh lho. Saya memilih kata tersebut karena tertarik dari segi  maknanya tersendiri dan ternyata kata kasihan deh lho mengalami  perubahn secara morfologis. Selain kata tersebut juga dibandingkan dengan kata pembandingnya  misalnya iya dong. Ada juga pembentukan kata lola.

Rumusan Masalah
            Masalah yang di bahsa dalam makalah ini dibatasi pada prose morfologisnya.Untuk itu penyusun merumuskan beberapa masalah diantaranya:
  1. Apa yang dimaksud dengan bahasa gaul?
  2. Bagaimana proses morfologis dari kasihan deh lh dan olola?
  3. Apakah makna katanya mengalami perluasan atau penyempitan?

Kerangka Teori
            Menurut KBBI bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa bahsa merupakan lat komunikasi yang palng efektif serta disebutka bahwa bahsa itu arbiter yaitu mana suka dengan tidak terlalu memerhatikan setruktur tetapi  lebih kepada nilai rasanya. Seperti halnya bahasa gaul yang sekarang terkenaldikalngan remaja. Bahasa gaul sendiri awal mulanya  digunakan   oleh kaum preman dan waria sebagai sebuah sandi  pada golongan tersebut agar tidak  diketahui oleh kelompok diluar mereka. Namun, dalam kenyataannya sekarang ini bahasa gaul telah mengalami perluasaan terutama dikalangan remaja. Dilihat dari setruktur bahasanya bahasa gaul umumnya menggunakan proses afiksasi, ataupun abreviasi denagn cara menambahkan sisipan atau  mengalami  proses nasalisasi dengan cara menghilangkan salah satu fonem dalam kata tersebut. Bahasa gaul biasanya digunakn dalam percakapn sehari-hari  taupun dalm cerpen-cerpen remaja seperti chieklit. Bahsa yang digunakan lebih sederhana dan lincah apabila dilapalkan sehingga tidak terlalu sulit dipahami oleh remaja. Bahasa gaul yang digunakan sekarang tidak terbats pada kalngan remaja saja tetapi telah merambah keberbagai golongan. Sekarng media elektronik telah menggunakn bahsa gaul denag jaln untuk menarik  penonton sebanyak–banyaknya karena tidak mungkin menggunakan bahasa baku yang monoton. Bahasa gaul yang digunakan sekarang sangat berbeda dengan bahasa gaul  yang digunakan dahulu. Sekarang sudah jauh meninggalkan bahasa indonesia yang baik dan benar.   Salah satu syarat bahasa yang baik dan benar adalah “pemakaian bahasa yang yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau dianggap baku” atau “pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa “(Moeliono ed., 1991: 19; Badudu, 1989).
            Bahasa gaulpun mengalami proses morfologis. Morfologi  sendiri adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dari kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi  perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 2001:23). Misalnya dalam proses morfologis pembentukan kata mokat, bokin, ember, cinlok. Dapat dialihat bahwa struktur yang digunakan tidak selalu menurut aturan yang ada. Ini merupakn salah satu ciri dari bahasa gaul yang umun digunakan.
Proses morfologis sendiri ada beberapa yaitu derivasi zero, afiksasi, reduplikas, abreviasi (pemendekkan), komposisi (perpaduan), dan derivasi balik. Dalm pembahasan ini saya lebih mengambil pada proses morfologis afiksasi dan abreviasi.
Prose perubahan fonem biasa disebut denagn istilah sebagai berikut:
1.      Protesis yaitu penambahan fonem yang terjadi di awal kata.
2.      Epentesis penambahan fonem yang terjadi di tengah kata.
3.      Paragong yaitu penambahan fonem yang terjadi di akhir kata.
4.      Sinkope yaitu pengurangan fonem yang terjadi ditengah kata.
5.      Apokope yaitu pengurangan ffonem yang terjadi di akhir kata.

            Abreviasi (pemendekkan) adalah proses penaggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata  (Harimurti kridalaksana 1996:159). Di indonesia sendiri terdapat banya kependekan yang biasa digunakn baik dalm ranah pemerintahan seperti Polwan, Kopasus, Kowad dan lain-lain. Jenis-jenis kependekkan sendiri dalam bahasa indonesia muncul karena terdesak denag kebutuhan yang ada untuk berbahasa secar praktiks dan cepat. Paling banyak digunakn dalam bidang teknis seperti cabang-cabang ilmu, kepanduan, angkatan bersenjata, dan menjalar ke bahasa sehari-hari.
            Di antara bentuk-bentuk kependekkan terdapat:
  1. singkatan, yaitu salh satu hasil proses pemendekkan yang berupa huruf atau gabunagn huruf, baik yang dieja huruf demi huruf, seperti:
FPBS  (Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni)
RRI (Radio Republik Indonesia)
LJK (Lembar Jawaban Komputer)
maupun yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti:
dll (denagn lain-lain)
dng (dengan)
dst (dan sterusnya)
  1. penggalan, yaitu proses pemendekkan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem, seperti
nak  (anak)
dik (adik)
  1. akronim, yaitu proses pemendekkan yang menggabungkan huruf atua sukukata atau bagain lain yang ditulis dan dilapalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotakti Indonesia, seperti:
FISIP              /fisip/dan bukan /ef/, /i/, /es/, /i/, /pe/
FIKOM           /fikom/ dan bukan /ef/, /ka/, /o/, /em/ 
  1. kontraksi, yaitu proses pemendekkan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem, seperti:
sendratari dari seni drama dan tari
berhiber dari bersih hijau berwibawa
  1. lambang huruf, yaitu proses pemendekkan yang menghasilkan satuhuruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur, seperti:
m (meter)
Ur (uranium)
kg (kilo gram)

Analisis Konsep
Proses morfologis kata kasihan deh lho
1.Kasihan deh Lho          Kecian deh Lho  perubahan dari /a/ menjadi /e/   
      pengurangan fonem /h/
perubahan /s/ menjadi /c/        

2. Kasihan deh Lho           Cucian deh Lho perubahan dari /k/ menjadi /c/    
                                                                        perubahan /a/ menjadi /u/         
            perubahan /s/ menjadi /c/
pengurangan fonem/h/           

Dari proses morfologis diatas pada perubahan pertama dapat ditarik sebuah pernyataan bahwa bahasa gaul pada kata kasihan deh lho mengalami pengurangan fonem /h/ yang barada ditengah yang biasa  disebut sinkope. Selain itu juga terjadi perubahan altikultoris yaitu vokal /a/ menjadi /e/ serta tetjadi perubhan altikulatoris konsonan /s/ menjadi /c/.
Pada proses morfologis yang keduapun hampir sama yaitu terjadi perubahn altikultoris pada vokal /a/ menjadi /u/dan altikultoris konsonan /k/ menjadi /c/ dan perubahan /s/ menjadi /c/.
Kata kasihan deh lho biasanya digunakan pada kondisi seseorang mengalami suatu tragedi ataupun kecelakaan yang tidak terlau berat. Biasanya ini terjadi berti-tubi serta merupakan sebuah kata ejekan yang dilontarkan pada orang yang mengenai kondisi tersebut. Misalnya seperti pada contoh percakapan di bawah ini:
A: tadi pagi aku sudah bangun kesiangan ditambah harus berdiri di depan kelas karena datang telambat keekolah.
B: Kasihan deh Lho.
Jika diterapakan dalam kalimat.
Kasihan deh Lho, sudah datang kesiangan harus dihukum berdiri di depan kelas pula.
Kasihan sekali kamu, sudah datang terlambat harus dihukum berdiri di depan kelas pula.

Proses morfologis kata iya dong
Iya dong          Iya donk  perubahan yang terjadi /g/ menjadi /k/
Proses morfologis ini disebut dengan perubahan altikultoris konsonan /g/ menjadi /k/. Dalam prosesnya tidak terjadi banyak perubahan seperti pada contoh yang kata yang pertama.
            Kata iya dong biasanya digunakan sebagai penanda setuju atupun penanda penegasan dengan memberikan penekanan pada kata dongnya sendiri. Seperti contoh percakapan di bawah ini:
A: Kamu sudah mengerjakan tugas Fisika?
B: Iya dong (tentu saja).
Contoh kalimat:
Iya dong, kemarin aku pergi ke Bandung dengan keluargaku.
Tentu saja, kemarin aku pergi ke Bandung denag keluargaku.

Proses morfologis pada kata lola
loding lama            lo+la         lola
lemah otak             lem+ot           lemot
kantong kempes          tong +pes        tongpes

Jika dilihat dari kontraksi diatas tidak selamanya melakukan pemenggalan pada suku kata pertama tetapi dapat dilakukan denga pemenggalan pada suku kata terakhir. Ini berarti lebih mementingkan proses arbiterisasi dari pada struktur kata sendiri. Proses diatas disebut denagn proses abreviasi kontraksi yaitu dengan pemenggalan suku kata kemudian disatukan menjadi satu kata.
Makna kata lola sendiri arti yang sebenarnya biasanya digunakan dalam bahasa komputer tetapi saat ini digunakan sebagai sebutan untuk orang yang daya pikirnya atau kemampuan menyerap informasinya lambat. Ini berarti kata lola sendiri telah mengalami perubahan makna lebih luas daripada makna yang dulu. Beberpa contoh diatas hanya sebagai pembanding untuk proses morfologis pembentukan kata lola.



Simpulan
            Proses morfologis yang terjadi pada bahasa gaul tidak selamanya mengalami keteraturan dengan penghilangan atau penambahan fonem diawal kata ataupun diakhir maupun ditengah tetapi semuanya bisa terjadi sesuai dengan nilai rasa yang lebih nyaman untuk didengar dan dilapalkan jadi memang benar tidak terpengaruh oleh struktur tetapi  lebih terpengaruh oleh sistem arbiter tersendiri.
            Begitu juga dengan proses abreviasi kontraksi yang tidak sealu harus menggunakan pemenggalan kata pada suku pertama tatapi ternyata pada suku ke berapapun bisa terjadi karena kembali lagi kepada peroses arbiter sendiri yang sudah lama terbentuk. Bahasa gaul sendiri memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan bahasa Indonesia karena menambah keragaman yang dalam bahasa Indonesia sendiri. Pada umumnya proses morpologis mengalami perluasan makna daripada makna sebelumnya.

Daftar Pustaka
Kridalaksana,Harimurti.1996.Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.Jakarta Gramedia
Ramlan, M.2001. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif.Yogyakarta:C.V. Karyono.
Nio, Robert. 2007. Bahasa Gaul Amradul.http Kabar Indonesia .com