Bandung

Bandung
Bandung

Sabtu, 17 Maret 2012

Menganalisis Puisi


Tugas Artikel Menganalisis Puisi
Jembatan Mirabeau
Karya Guillaume Apollinaire


Kehampaan dalam Kasih yang Pergi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia puisi adalah gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang tentang pengalamandan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan buny, irama, dan makna khusus.Dari penjelasan pengertian puisi diatas jelaslah bahwa debuah puisi tidak bisa dipisahkan dari gaya bahasa yang digunakan yang dapat mempertajam suasana puisinya juga tidak terlepas akan adanya keindahan  bunyi-bunyi. Selain itu juga puisi juga multi tafsir. Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat di mana kata-katanya condong pada makna konotatif. Arya pun menjelaskan bahwa kata-kata dalam puisi lebih mendekati makna konotatif, maka jelaslah bahwa puisi multi tafsir dilahat dari pemilihan bahasa yang digunakannya. Seperti halnya puisi di bawah ini puisi karya Guillaume Apollinaire.
JEMBATAN MIRABEAU

Di bawah Jembatan Mirabeau mengalir Seine
            Dan kasih kita
     Mestikah kembali terkenang
Kegembiraan selalu datang sehabis derita
         Meski malam datang, jam berdentang
         Hari-hari pergi aku tinggal diam

Tangan dalam tangan, tinggalah  kita berhadapan
       Sedangkan di bawah
    Jembatan lengan kita, mengalir
Alun pandangan abadi begitu lesu

Meski malam datang, jam berdentang
Hari-hari pergi, aku tinggal diam
     

Cinta pergi bagi air ngalir ini
      Cinta pergi
 Betapa hidup lamban
Dan  alangkah kejamnya Harapan            

Meski malam datang, jam berdentang
Hari-hari pergi, aku tinggal diam

Hari-hari lewat pekan-pekanpun berlalu
 Baik masa-lampau
Maupun kasih tak lagi kembali
Di bawah Jembatan Mirabeau mengalir Seine

Meski malam datang, jam berdentang
Hari-hari pergi, aku tinggal diam

Dari puisi karya Guillaume Apollinaire pemilihan kata yang digunakan cukup sederhana. Banyak kata-kata yang biasa kita temukan dalam percakapan sehari hari. Tetapi, namanya juga sebuah puisi yang tidak terlepas dari bahasa-bahasa kias ataupun majas seperti dapat kita temukan pada bait keempat larik kesatu Cinta pergi bagi air ngalir ini ini merupakan penggunaan majas simile yang merupakan majas perumpamaan.
Selain gaya bahasa atau majas dalam puisi Jembatan Mirabeau dapat kita temukan keindahan bunyi-bunyi yang lebih mempertajam keindahn puisi tersebut seperti pada bait kesatu larik kelima Meski malam datang, jam berdentang pada larik tersebut teradapat asonansi bunyi tang pada kata datang dan berdentang. Pada bait kedua larik pertama kita juga dapat menemukan asonansi kembali pada Tangan dalam tangan, tinggalah  kita berhadapan asonansi yang ada an pada kata tangan dan berhadapan.
Tipograpi yang digunakan penyair pada piuisi  Jembatan Mirabeau ini menggunakan perbaitan. Puisi ini terdiri dari tujuh bait dan setiap baitnya terdiri dari beberapa larik yang tidak sama. Pencitraan yang digunakan mempertajam lagi keindahan dalam puisi ini.  Perlambangan yang digunakan tidak terlalu banyak ditemukan karena diksi yang dipilih cukup sederhana.
Selain gaya bahsa, bunyi, irama atupun struktur puisi lainnya sebuah puisi tidak dapat dilepaskan pada makna yang ingin disampaikan penyair ketika menulis puisi tersebut. Bukankah puisi merupakan ungkapan yang berasal dari emosi penyairnya. Seperti yang sikatakan William Wordsworth puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya; dia memperoleh rasanya dari emosi, atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian.  Puisi memiliki sebuah jiwa dalam tiap penulisannya. Penyair memiliki tujuan dalam penulisan karyanya.begitupun dengan puisi karya Guillaume Apollinaire.
Pada bait pertama puisi ini penyair mengawalinya dengan menceritakan kisah cintanya yang kembali terkenang di bawah Jembatan Mirabeau yang mengalir sungai Seine dibawahnya. Pada larik kelima dipertajam dengan suasana Meski malam datang, jam berdentang ditambah lagi dengan kesepiaanya Hari-hari pergi, aku tinggal diam  meskipun waktu tetap berjalan tetapi si aku dalam puisi ini tetap diam. Hal ini juga dipertajam lagi pada bait kedua larik keempat Alun pandangan abadi begitu lesu siaku lirik begiti lesu dan tidak bergairah lagi. Pada bait keempat lebih menjelaskan lagi kenapa si aku lirik pada puisi ini begitu lesu karena ditinggal cintanya yang dapat kita temukan pada larik kedua Cinta pergi hidupnya pun seakan setagnan hanya diam  disana dipertegas pada bait selanjutnya Betapa hidup lamban. Pada bait keenam si aku lirik lebih mempertajam lagi kesedihannya dengan kata-kata Hari-hari lewat pekan-pekanpun berlalu, Baik masa-lampau. Dalam larik selanjutnya lebih memperjelas suasana si aku lirik bahwa di bersedih karena Maupun kasih tak lagi kembali jelaslah disini si aku lirik telah ditinggal cintanya. Makna puisi sni lebih dipertajam dengan pengulangan kata-kata  dari bait ke bait. Ini untuk lebih menjelaskan lagi bagaimana perasan si aku lirik. Dari bait ke bait puisi ini mempunyai  korelasi yang lebih memperjelas makna yang ingin disampaikan penyair.
            Yang dapat saya simpulakan dari penganalisisan puisi Jembatan Mirabeau adalah pkokok pembicaran dalam puisi Jembatan Mirabeau mengungkapkan rasa kesedihannya karena cintanya telah pergi  dan ia terkenang kembali ketika di Jembatan Mirabeau dan mengalir di bawahnya sungai Seine. Perasaan yang muncul dalam puisi ini adalah kesedihan. Nada yang dimunculakan dalm puisi ini adalah sedih. Itikad yang dimunculkan dalam puisi Jembatan Mirabeau ini bahwa betapa sedihnya hidup ini bila ditinggal cinta dan dunia pun seakan kejam seperti pada larik Dan  alangkah kejamnya Harapan. Dejauh ini puisi Jembatan Mirabeau lebih membangun ke makna pencritaan suasana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar