Pendekatan Sosiologi Sastra dalam cerpen
prabu karya Joni Ariadinata
Oleh Asih (0706352)
Dalam pengertiannya sendiri
kritik sastra adalah alat untuk membedah sebuah karya sastra baik dari unsur intrinsik maupun ekstrinsik dengan
menggunakan beberapa pendekatan. Menurut Andre Hardjana, kritik sastra merupakan sumbangan
yang dapat diberikan oleh para peneliti sastra bagi perkembangan dan pembinaan
sastra. Hal senada juga diungkapkan oleh Subagio Sastrowardoyo, bahwa untuk
bisa menentukan bagaimana sesungguhnya perkembangan kesusastraan Indonesia,
dibutuhkan suatu kritik.
Sosiologi sastra
merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa
juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Menurut pendekatan
sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh
mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti
yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang
diacu oleh karya sastra.
Wilayah sosiologi
sastra cukup luas. Rene Wellek dan dan Austin Warren membagi telaah sosiologis menjadi tiga
klasifikasi. Pertama, sosiologi pengarang, yakni yang mempermasalahkan tentang
status sosial, ideologi politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang.
Kedua, sosiologi karya sastra, yakni mempermasalahkan tentang suatu karya
sastra. Yang menjadi pokok telaah adalah tentang apa yang tersirat dalam karya
sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya. Ketiga,
sosiologi sastra yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya
terhadap masyarakat.
Sosiologi
sastra sendiri disiplin ilmu dari
pendekatan mimesis yang merupakan bagian dari pendekatan ektrinsik. Mimesis
sendiri bertolak dari
pemikiran yang sastera itu adalah hasil seni yang mencerminkan kehidupan nyata,
merupakan tiruan atau pemaduan antara kenyataan dengan imajinasi pengarang.
Disini saya akan mecoba
mengkaji cerpen Prabu karya Joni Ariadinata denagn menggunakn pendekatan
sosiologi sastra.
Seperti yang telah disebutkan
diatas bahwa sosiologi sastra tidak akan lepas dari tiga aspek yaitu :
a. Sosiologi Pengarang
Pria kelahiran Majalengka pada tahun 1966
ini mengaku baru mengawali menulis cerpen pada tahun 1993. Namun secara
mengejutkan, pada tahun 1994, cerpennya yang berjudul “Lampor” terpilih menjadi
cerpen terbaik pilihan Kompas. Kehidupan sosial yang pernah ia alami saat
tinggal dengan masyarakat kumuh itulah yang -diakui beberapa sastrawan,
kritikus sastra, dan dirinya sendiri- sampai saat ini banyak memberi inspirasi
dalam penggarapan tema-tema cerpennya. Proses kreatif Joni Ariadinata sebagai
penulis cerpen terwujud dalam berbagai pilihan tema antara lain: tema fisik
yang berupa tubuh, tema organik yang berupa kekerasan dan penyimpangan seksual,
tema sosial yang berupa politik, ekonomi, moral kemanusiaan, dan keluarga atau
rumah tangga, tema egoik yang berupa profesi, dan tema religius yang berupa
agama dan dunia mistik, takhayul, atau dongeng terdapat dalam ketiga antologi
cerpennya. Tema-tema tersebut oleh Joni Ariadinata lebih ditekankan pada setting
kehidupan masyarakat miskin (grass root).
b. Sosiologi Sastra
Cerpen Prabu sendiri
menceritakan tentang kritikan pada masa orde baru jika dilihat dari titimangsa
yang tercantum yaitu tahun 1994. Di awal
penceritaan di gambarkan bahwa ”gerombol mahasiswa di gedung tepat sudut
perempatan, di balik pagar berjejal
penasaran. Omong keras, bicara jorok, berteriak.” disini terlihat bahwa
mahasiswa sedang melakukan demontrasi. Ditambah dengan hingar bingar sirine yang ada serat pengamanan ektra
ketat dari truk-truk tentara sehingga para pedagang kaki lima dan sepeda tidak
boleh ada yang di jalan aspal. Pengamanan yang silakukan pun lebih kepaksaan
untuk pengaman yang ekstra ketat.
Dalam paragrap selanjutnya pun digambarkan bagaimana warga di
perkampungan kumuh di giring dan di perikda ”struk polisi ... mengepung rumah,
mengedor ,menjarah....”
Salm paragrap selanjutnya juga ada sebuah kritikan kepada para
aparat keamanan negara ”di hadapan
sidang luar biasa tiga angkatan: laut,darat, udara... ”Propesi ini gampang
terkena iming-iming suap.”
Tokoh central yang ada di dalm
cerpen ini tidak digambarkan secara gamblang hanya diucapkan lewat sebutan
”jendral”, ”sersan” yang tak jelas apa sebenarnya maksudnya tetapi yang jrlas
ini lebih pengkritikan ke pemerintahan orde baru.
Diksi yang digunakn dalam
cerpen ini sangat sederhan ini merupakn ciri khas dari Joni sendiri misalny
”aspal. Sedikit lembar sampah terserak di tepi. Sirine, raungan polisi.....”
c. Sosiologi Pembaca
Setelah membaca cerpen Joni Ariadinata cerpen
ini lebih banyak kepada kritik sosdial serta kata-kata yang digunakan banyak
yang berupa pernggalan-penggalan. Nenden Lilis A. Sendiri dalm menulis
cerpennya Joni sangat menpertimbangkan kepekatan dan keefektivitasan bahasa.
Simpulan yang dapat saya ambil setelah mengkaji cerpen Karya Joni
Ariadinata sendiri memang gerpennyalebih syart dengan kondisi sosial yang ada
di sekitarnya dan banyak briosikan kritikan-kritikan tentang permasalahn yang
ada. Dari segi pemilihan diksi Joni tak segan melakukan pemenggaln kata dan
hanya satu kata atau frasa dalam menggambarkan situasinya. Amanta yang dapat
diambil bahwa janganlah pemerintahan yang dahulu yang buruknya terulang lagi
sampai terjadi bentrokan antara masyarakat dan warga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar